Oke. Tulisan ini nggak dimaksudkan untuk spoiler. Tapi, dimaksudkan untuk…….spoiler. Xixixi. Mo gimana lagi. How can I post about lesson learned without being spoiler? Buat yang udah nonton, anggap tulisan ini sebagai review. Yang belum nonton, silakan meratapi nasib. Nah!

Sebagian besar isi tulisan ini semata-mata opini pribadi. Kalo kurang silakan ditambahin. Kalo lebih silakan dibalikin. (Emang kaos lusinan? Hehe). Senyampang saya (calon) psikiater, saya kasih bumbu dikit-dikit dari sisi medis-psikiatrisnya. Kalo kasinan, muntahin aja. Wew..

Cekibrot!

About LOVE.

1. Nostalgia = Pintu Selingkuh.

Well, alur utama film ini menceritakan pertemuan Rangga dan Cinta. You know, mereka uda 10an tahun terpisah. Sekarang, Cinta udah tunangan sama Trian. Temen-temennya beranggapan, Cinta nggak akan tenang nikah ama Trian kalo masa lalunya sama Rangga belum terselesaikan.

Jadilah Cinta ketemu Rangga. Cinta berharap bisa menyelesaikan masa lalu seperti kata teman-temannya. Tapi menyelesaikan seperti apa?

Kalo kamu ditanya, duhai Pembaca Setia blog saya.., apa yang kamu bayangkan setelah mampu menyelesaikan masa lalu?

Maybe mostly you’ll answer: Supaya saya bisa memaafkan masa lalu. Ya ‘kan? Lalu melupakan, dan siap menatap masa depan. Atau hal-hal semacam itu. Betul?

Gaes, kamu pasti paham. Di dunia percintaan ini ada istilah, “Forgotten but not forgiven. Forgiven but not forgotten.” Kamu nggak akan benar-benar mampu melupakan masa lalu kalau belum memaafkannya. Tapi, sekalipun kamu memaafkan, belum tentu kamu dapat melupakannya. Ini fakta percintaan.

Trus, apa yang harus dilakukan biar bener-bener bisa fresh start, a brand new life to start with? Ada sebuah hukum neurosains yang bisa kamu pakai.

Otak kita punya kemampuan filtering. Memori yang nggak guna dan nggak pernah kamu asah akan dia buang. Sel-sel otak yang menyimpan memori itu, kalau nggak pernah diakses, nggak akan membentuk sinaps alias jalinan-antar-sel yang baru.

Kuncinya satu: Memori yang pengen dibuang, ya nggak usah diakses. Nggak usah diingat-ingat lagi. Stop stalking. Stop talking. Stop meeting. Stop hal-hal yang memancing ingatanmu dengan dia.

Lalu? Ganti ama aktivitas baru yang berguna untuk mengalihkan ingatanmu. Lakukan teruuuuuuss sampai hilang rasa. Syukur kalo bisa lupa. Meski faktanya, there are no life events we can completely forget, especially emotional ones.

Tapi apa yang dilakukan Cinta? Dia malah terhanyut bersama Rangga. Mereka mengunjungi tempat-tempat baru yang berpotensi creating a new memorable moment. Akhirnya? Baper. Trus? Mulai pake hati.

Lalu? Ciuman. Jelas udah.

Meskipun Cinta bilang ciuman itu adalah kesalahan, but that kiss was more than a skin-to-skin contact, you know. Apalagi Cinta uda tunangan. Apalagi Dian Sastro uda bersuami. Meski suaminya nggak seganteng saya. #eh

(Ah, malah saya yang baper. Soalnya Dian Sastro adalah seniman perempuan ketiga yang saya pasti cemburu kalo kissing ama lelaki yang bukan suaminya. Seniman kedua adalah Raisa. Seniman pertama adalah istri saya. Istri saya seniman? Iya. Bersamanya, kami melukis masa depan. Cieeeeh..)

Lanjut..

2. Past is Yours, Future is Ours.

Saya mengamini ide Carmen. Eh, Karmen. Gimana sih ejaannya? Karmen, bukan Rumah Sakit Karangmenjangan. Tapi Karmen, teman karib Cinta. Ide Karmen, bahwa Cinta harus menyelesaikan masa lalunya supaya bisa tenang ketika menikah dengan Trian. Meski teknisnya masih dipertanyakan, karena beresiko nostalgia seperti poin di atas.

Salah satu resiko masa lalu yang belum selesai adalah “framing”. Framing bukan istilah buat Najwa Shihab aja di tiap acaranya. Tapi dengan pemahaman awam yang mirip, framing berarti “mengarahkan orang lain untuk unconsciously agree with us”.

Contohnya, saat scene Rangga di Kopi Klathak. Dia bercerita pada Cinta, bahwa sudah putus dengan pacarnya sejak dua tahun kemarin. Mengapa? “Karena saya salah,” ujar Rangga, “ternyata dia bukan kamu,” sambil tersenyum ke arah Cinta. “Apaan sih kamu,” balas Cinta sambil tersipu malu.

Ini namanya framing. Mengarahkan pasangan untuk memenuhi fantasi kita akan masa lalu. Padahal itu mustahil. Dalam hal ini, Rangga menyamakan pacarnya dengan Cinta. Ah, Rangga. Dia ya dia, saya ya saya, kamu ya kamu. Apa perlu kamu berguru sama saya, Ngga? Sepuluh tahun gagal move on. Duh.

Perilaku yang sering kita temui di dunia nyata adalah dengan membanding-bandingkan pasangan dengan masa lalu. Sekalipun untuk kebaikan-kebaikannya vs keburukan-keburukannya.

Udahlah. The past is yours. The future is ours. Berdamai dengan masa lalu, untuk menikmati masa kini. Toh dengan menjalani masa kini dengan sebaik-baiknya, akan menjadi masa lalu yang indah. Akhirnya di masa depan, akan banyak hal di masa lalu yang membuat kita tersenyum dan tertawa bangga.

Setuju?

Lanjut..


3. No Interruption.

This is first Trian’s mistake. He let their conversation interrupted. When you are with your spouse, you must completely there. Definitely there. Kalo perlu, turn off all gadget. Bukan hanya henpon. Juga tab, laptop, drone sekalipun. (Ngapain bawa drone pas makan malem, yah? Mau intip waitress-nya gituh? Wew..)

Ketika Cinta pengen cerita sesuatu yang penting, yakni pertemuannya dengan Rangga, Trian dapet telpon. Ada panggilan masuk. They were interrupted!

Okay, you are a businessman. But it doesnt change the fact that you are only a somebody’s man. Somebody that look at you just the way you are, not by your status, nor your money. You are just a somebody man. So be there for her.

Akhirnya, Cinta yang ragu-ragu, memutuskan tidak jadi menceritakannya kepada tunangannya. You’ll never get the same moment when your time was interrupted, Man.

4. Learn to Love What She/He Likes.

This is second Trian’s mistake. He didnt show his enthusiasm on her likes. Okay, maybe you two dont share the same interest. But show her that you appreciate her likes. Whatever she likes, appreciate it. Tapi apa yang Trian katakan, waktu Cinta cerita soal seni instalasi? “Oh, ya baguslah aku nggak ikut. Pasti sama bingungnya tuh sama Milly.”

Man! If you want your relationship to be succeed, show your appreciation. At least, you are happy when she happy. It was not about how you try to understand WHAT she likes. But it was about HOW you listen her compassionately when she told you what she likes.

Kalo profesi kamu dan pasangan berbeda, tentu saja kamu kesulitan untuk ngikutin apa yang dia mau, susah paham soal apa yang dia suka. Tapi seenggaknya kita bisa nunjukin bahwa kita support sama apa yang pasangan suka. Sikap ini yang mewakili kata-kata, “Aku bahagia jika kamu bahagia.” Ya kan?

Lanjut..


5. Fight for Your Love.

Cinta sejati nggak didapat, Rek. Tapi diperjuangkan. Jangan bilang cinta kalau belum berjuang. Jangan bilang sayang kalau nggak mau berkorban. Seperti yang Cinta lakukan. Seperti yang Rangga lakukan. Keduanya adalah tokoh di masa lalu yang mencari jawaban tentang dirinya, demi masa depan. Keduanya memantaskan diri. Pada akhirnya, keduanya bertemu dan bersatu.

Salah satu cara memantaskan diri yang ditampakkan Cinta dan Rangga di filmnya adalah, dengan mendalami passion. Mereka menyibukkan diri, dengan melakukan sesuatu yang menurut mereka panggilan hati: Seni. Pada akhirnya seni lah yang mempertemukan mereka, menyatukan mereka.

Saya akui, Mira Lesmana dan Riri Riza sangat mampu membahasakan seni menjadi latarbelakang mereka. Setting Yogya dan segala macam pernak-perniknya, membuat cerita makin dinamis, dan saya terhanyut dalam alur ceritanya. Ditambah lagi beberapa pekan sebelumnya, secara kebetulan, saya dan istri mengunjungi Yogya dan bertepatan dengan pemutaran perdana AADC 2 di sana.

Dalam film ini, saya sama sekali tidak merasakan ada paksaan dalam memahami seni. Mungkin keawaman saya atas seni diakomodir oleh Milly. Sang Sutradara mampu mengajari saya bahwa seni tak melulu dipahami dengan kernyitan dahi. Cukup mendengarkan dengan hati, tanpa harus menganalisis dan mengintepretasi.

Cara ini yang melengkapi pemahaman saya, bahwa memperjuangkan cinta pun tidak harus dengan lika-liku nestapa. Passion creates Compassion, istilah saya. Passion dalam arti awam, adalah sesuatu yang disenangi. Melebihi hobi, yang kadang beresiko menjadi obsesi. Dimana dua orang yang memiliki passion yang sama, mudah bagi mereka untuk bertumbuhkan kasih-sayang (compassion).

Kalau mau jujur, film ini menyajikan kisah cinta yang biasa aja. Rangga-Cinta punya kegemaran yang sama, jadi nggak sulit bagi mereka menyatukan passion lalu menumbuhkan compassion. Itu uda biasa terjadi di dunia nyata. Nggak terlalu rumit, bukan?

Bagi saya, teka-tekinya kurang. Alurnya terlalu mudah ditebak. Salah satu yang menarik adalah bagaimana Cinta mengatasi konflik batinnya, memilih antara masa lalunya (Rangga), atau masa depannya (Trian). Ternyata, Cinta memilih menjadikan masa lalunya sebagai masa depan.

Ketika saya berkomentar, “Cinta gagal move on,” maka teman-teman saya bilang, “Cinta menemukan cinta sejatinya.” Ketika saya bilang, “Cinta selingkuh,” mereka marah dan memaki saya, katanya, “Ini dinamika Cinta menemukan cinta sejatinya.” Saya mbatin, jawabanmu bener tapi gak kreatif, Rek.

Saya akui salah satu kesuksesan kisah Rangga-Cinta ini adalah dari penontonnya. Iya, penontonnya. Penonton yang curious, seperti apa kisah mereka nantinya yang uda terpisah selama 14 tahun. Di film ini, curiousity penonton terjawab.

Inti film ini kan: ketemu lagi, baper, jadian. Nggak peduli Cinta uda tunangan apa enggak. Nggak peduli Dian Sastro uda beranak-dua apa enggak. #eh

Terlepas dari semua pendapat di atas, film ini membantu kita menghargai, bahwa setiap perjalanan cinta adalah unik, dan kisahnya mampu menyentuh sampai ke dalam hati. Menginspirasi, lalu membuat kita mengakui bahwa setiap proses menemukan cinta sejati, mesti dijalani.

#JadiBaperNih

Lanjut..


6. Accept Him/Her Completely.

Sebenernya, antara Trian dan Cinta sudah memenuhi kriteria ini. Cinta punya masa lalu. Trian punya kegemaran yang berbeda dengan Cinta. Nggak masalah, tuh. Ada scene ketika Trian terima telpon di tengah art performance di galeri Cinta. Ada scene di akhir ketika Trian komentar, “Ternyata Rangga yang legendaris itu sudah kembali?,” at least.. Everything goes right pada awalnya.

Goes right, karena sebelum ekskalasi konflik akibat pertemuan Rangga-Cinta itu, Cinta dengan bangganya memamerkan cincin tunangannya dengan Trian. Sebagaimana relationship pada umumnya, bukankah mereka sampai pada tahap ini karena berhasil mengatasi perbedaan-perbedaan?

About FRIENDSHIP.
(Bersambung)

_____

Note:

Saya akui Dian Sastro adalah seniman kelas dunia. Ekspresi non-verbalnya mampu creating atmospher di setiap dialognya. Penonton tidak diminta menebak apa yang terjadi di tiap scene-nya, karena penonton langsung terbawa alur, dan emosi itu begitu saja merasuk. Benar-benar terasa taste-nya.

Kamu pernah nonton London Has Fallen? Seru, ‘kan? Tapi saya tertidur di tengah-tengah film! Bagi saya, alurnya terlalu mudah ditebak sebagaimana film pendahulunya, Olympus Has Fallen. 

Kamu pernah nonton Batman v Superman: The Dawn of Justice? Bagi teman-teman saya, ini mustinya film action, tapi kebanyakan drama. Bagi saya, ini film yang mampu creating atmosphere! 

Kita nggak hanya dibikin terkesima sama teknologi Sci-Fi. Tapi film yang berseni tinggi itu yang mampu mengemas sampai pendalaman karakter tokohnya, juga yang alurnya tak terduga.

Ya, gitu deh. Hehe.